Nama Latin
Apium graveolens L. [4]
Sinonim
Apium dulce Miller; Apium lusitanicum Miller; Apium rapaceum Miller [7]
Nama Daerah
Saladri(Sunda); Seledri, seleri, daun sop, daon soh, sadri, sederi (Jawa) [7]
Suku
Apiaceae [1]
Deskripsi Bahan Alam
Terna tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik yang khas. Batang persegi, beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, berwarna hijau. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7 helai. Anak daun bertangkai 1-2,7 cm, helaian daun tipis dan rapuh, pangkal dan daun runcing, tepi beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputihan. Bunga berbentuk payung 8-12 buah, kecil-kecil berwarna putih, mekar secara bertahap. Buah kotak, berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan [4].
Bagian yang digunakan
- Herba [4]
Kandungan Senyawa Aktif
- Mengandung flavonoid total tidak kurang dari 1,96% dihitung sebagai apigenin [1]. Selain itu seledri juga mengandung Flavo-glukosida (apiin), saponin, tanin, zat pahit, minyak atsiri, kolin, lipase, asparagin, vitamin (A, B, C) [2] [3] [4].
Nama Simplisia
Apii Graveolentis Folium [1]
Pemerian Simplisisa
- Berupa helaian daun tunggal, tipis, rapuh, bentuk belah ketupat miring atau bulat telur memanjang, pangkal dan ujung anak daun runcing, tepi berbagi dan bergerigi, kedua permukaan kasar, permukaan bawah lebih terang dibanding permukaan atas, pertulangan daun menyirip dengan ibu tulang daun yang tampak menonjol ke permukaan bawah, tangkai daun panjang; warna hijau tua; bau aromatik; mula-mula tidak berasa lama-lama agak pedas [1].
Foto Simplisia
Foto Pemerian Simplisia
Kegunaan
- Memacu enzim pencernaan (stomakik) [2]
- peluruh air seni (diuretik) [2] [6]
- Menurunkan tekanan darah tinggi [4] [6]
- Menurunkan kadar asam urat [6]
- asma dan bronkhitis [6]
- Antiinflamasi (termasuk rematik), gout dan infeksi saluran kemih [9]
Kontra Indikasi
Karena peluruh air seni (diuretik) kuat maka tidak digunakan pada penderita gangguan ginjal akut, infeksi ginjal, dan kehamilan. Buah seledri mengandung fuanokumarin yang berefek fototoksik dan dapat memicu terjadinya reaksi alergi. Herba seledri segar lebih dari 200 g sekali minum dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara tajam sehingga mengakibatkan syok. Dosis 200 g juga menyebabkan efek diuretik. Biji seledri menimbulkan fotosensitisasi, perlu menggunakan tabir surya bila kena sinar matahari [4]. Dapat menimbulkan alergi, syok anafilaksis dan inflamasi pada ginjal karena iritasi epitel [6].
Efek Samping
Penderita yang sensitif terhadap tanaman suku Apiaceae bisa menyebabkan alergi kulit (dermatitis). Beberapa senyawa kumarin kemungkinan mempunyai efek penenang (tranquilizer) [4]. Efek mengiritasi pada ginjal dan juga metabolisme tampaknya berkurang. Reaksi alergi, gejala yang terkait dengan alergi ini dapat berkisar dari urtikaria dan angioedema hingga gejala seperti anafilaksis [10].
Interaksi
Meningkatkan efek obat antihipertensi dan diuretik. Biji seledri dapat mengencerkan darah, sehingga tidak digunakan pada orang yang menggunakan pengencer darah, termasuk aspirin, dan Warfarin. Pasien yang menggunakan diuretik tidak boleh mengkonsumsi biji seledri [4].
Referensi
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017)."Farmakope Herbal Indonesia Edisi II"
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2008)."Acuan Sediaan Herbal Volume Keempat Edisi Pertama"
- Elizabeth Williamson, Samuel Driver, and Karen Baxter (2009)."Stockley's Herbal Medicines Interactions"
- Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2016)."Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia"
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2006)."Acuan Sediaan Herbal Volume Kedua Edisi Pertama"
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2013)."Formularium Ramuan Obat Indonesia: Ramuan Etnomedisin Volume 3"
- Kementrian Kesehatan RI (1989)."Materia Medika Indonesia Jilid 5"
- Kementrian Kesehatan RI (1995)."Materia Medika Indonesia Jilid 6"
- The WebMD Medical Team (2002)."webmd Health Corp."
- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2011)."Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia-Ramuan Etnomedisin Volume 1"