gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail
gambar tanaman banyak di halaman detail

Nama Latin

Curcuma xanthorrizha Roxb (1)


Sinonim

tidak terdokumentasi


Nama Daerah

Temu lawak (Melayu); Koneng gede (Sunda), temulawak (Jawa); Temo labak (Madura) (2)


Suku

Zingiberaceae (1)


Deskripsi Bahan Alam

Terna berbatang semu setinggi kurang lebih 2 m, berwarna hijau atau coklat gelap, akar rimpang terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap tanaman mempunyai daun 2 helai sampai 9 helai, berbentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, berwarna hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang 31 cm sampai 84 cm, lebar 10 cmsampai 18 cm, panjang tangkai daun (termasuk helaian) 43 cm sampai 80 cm lebih. Perbungaan lateral , tangkai ramping, berambut 10 cm sampai 37 cm, sisik berbentuk garis, berambut halus, panjang 4 cm sampai 12 cm, lebar 2 cm sampai 3 cm. Bentuk bulir bulat memanjang, panjang 9 cm sampai 23 cm, lebar 4 cm sampai 6 cm, berdaun pelindung banyak, panjangnya melebihi atau sebanding dengan mahkota bunga, berbentuk bundar telur sungsang sampai bangun jorong, berwarna merah, ungu atau putih dengan sebagian dari ujungnya berwarna ungu, bagian bawah berwarna hijau muda atau keputihan. (3)


Bagian yang digunakan

- rimpang (1)


Kandungan Senyawa Aktif

- Rimpang temulawak mengandung kurkumin, xhantorizol, kurkuminoid, minyak atsiri dengan komponen a kurkkumen, germaktan, or-turmeron, β-atlantanton, d-kamfor .(2) Kandungan kurkuminoid (0,8-2%) terdiri dari kurkumin dan demetoksikurkumin, minyak atsiri (3-12%) dengan komponen α-kurkumen, xanthorizol, β- kurkumen, germakren, furanodien, furanodienon, arturmeron, β-atlantanton, d-kamfor. Pati (30-40 %).(4) Rimpang temulawak mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 5,80% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 4,0% dihitung sebagai kurkumin.(1)


Nama Simplisia

Belum terdokumentasi


Pemerian Simplisisa

- Berupa keping tipis, bentuk bundar atau jorong, ringan, keras, rapuh, garis tengah hingga 6 cm, tebal 2-5 mm; permukaan luar berkerut, warna cokelat kekuningan hingga cokelat; bidang irisan berwarna cokelat kuning buram, melengkung tidak beraturan . tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks ; korteks sempit, tebal 3-4 mm. Bekas patahan berdebu, warna kuning jingga hingga cokelal jingga terang. Bau khas, rasa tajam dan agak pahit.(1)


Foto Simplisia

gambar simplisia di halaman detail

Foto Pemerian Simplisia


Kegunaan

- gangguan perut, gangguan hati (penyakit kuning), batu empedu dan meningkatkan sekresi empedu. demam dan konstipasi, memperlancar air susu ibu, mencegah radang rahim pasca melahirkan, diare berdarah, desentri, inflamasi dubur, wasir, sakit perut karena flu, luka infeksi, jerawat, eksema, cacar dan mual.(2)

- Diindikasikan sebagai Hepatoprotektor(2)


Kontra Indikasi

Penggunaan temulawak pada wanita hamil dan selama menyusui tidak dianjurkan hingga ada data bahwa kurkumin dan/ atau metabolitnya dapat ditransfer melalui laktasi. Penggunaan pada penderita penyumbatan saluran empedu atau obstruksi saluran empedu, cholangitis, batu empedu atau penyakit empedu lainnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter.(4)(7) Hati-hati pada penderita gastritis dan nefrolithiasis (7)


Efek Samping

Dosis besar atau pemakaian yang berkepanjangan dapat mengakibatkan iritasi membran mukosa lambung. Tidak dapat digunakan dalam cholangitis akut (radang saluran empedu akut) atau icterus.(2)(4)


Interaksi

Hati-hati menggunakan temulawak bersama dengan antikoagulan.(4)


Referensi

- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017)."Farmakope Herbal Indonesia Edisi II"

- Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2016)."Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2016 Tentang Formularium Obat Herbal Asli Indonesia"

- Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2019)."Tanaman Obat Warisan Tradisi Nusantara untuk Kesejahteraan Rakyat"

- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012)."Vademekum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1 (Edisi Revisi)"

- Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1979)."Materi Medika Jilid III"

- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2006)."Acuan Sediaan Herbal Volume Kedua Edisi Pertama"

- Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2020)."Pedoman Penggunaan Herbal dan Suplemen Kesehatan dalam Menghadapi COVID-19 di Indonesia"